Manajemen Potensi Lahan Kering di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo



Lahan sangat erat kaitanya dengan  permukaan tanah dan karakternya (Christian dan Stewart, 1968).  Lahan dapat digolongkan menjadi lahan kering atau tegalan dan lahan basah atau sawah, namun lahan kering cenderung dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Pertanian lahan kering merupakan bentuk usahatani non-sawah yang dilakukan masyarakat hulu daerah aliran sungai (DAS) sebagai lahan atas (upland) atau lahan di wilayah kering (kekurangan air) dan bergantung pada air hujan sebagai sumber pengairan (Manuwoto, 1991;Satari et al, 1977). Lahan produktif menurut Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo Tahun 2014 seluruh area sawah dan tegal mencapai 1.191.020 Ha, sedangkan Lahan kering di Kabupaten Gorontalo mencapai 163.415 Ha. Luas lahan kering tersebut dapat dimanfaatkan disektor Pertanian dalam mencukupi kebutuhan pangan dan rotasi perekonomian masyarakat khususnya Kabupaten Gorontalo.
Pemanfaatan lahan kering di Kabupaten Gorontalo akan terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan pangan di daerah tersebut. Perkembangan pola fikir petani dalam mengoptimalkan lahan kering bukan hanya Pertanian Hortikultura, Pangan dan Perkebunan dengan sistem tanam tunggal, namun dapat berupa penyediaan apotik hidup atau tanaman obat melalui system tumpangsari dan tumpang. Dinas Pertanian Gorontalo (2014) mencatat lahan kering di Kabupaten Gorontalo masih 7.442 Ha, sehingga artikel ini akan membahas tentang optimalisasi lahan kering di Kabupaten Gorontalo menurut data Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo pada tahun 2014.

Lahan Potensial adalah lahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi yang selalu berkaitan dengan produktifitas pertanian, dapat memberikan hasil yang tinggi dan biaya yang rendah.
Ciri-ciri Lahan Potensial Untuk Pertanian
    a) Tingkat Kesuburan Tinggi (Tanah sehat)
Lahan subur memiliki karakter tanah dengan kandungan mineral dan bahan organik yang cukup banyak.
b) Fisika tanah baik
Sifat fisika tanah baik dengan daya serap air (drinase) dan sirkulasi udara (aerase) dalam tanah yang baik.
c) Belum Terjadi Erosi
Dampak terjadinya erosi pada tanah suatu lahan menyebabkan berubahan signirikan lahan potensial menjadi lahan kritis. Proses erosi yang kuat sering dijumpai di daerah lereng yang dipenuhi alang-alang.
Luasan Potensi Lahan dan Pemanfaatanya
Menurut Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo (2014), Luas lahan potensial mencapai 1.191.020 Ha, sedangkan Kabupaten Gorontalo memiliki luas lahan potensi yaitu 198.655 Ha, diantaranya lahan kering (163.416 Ha), lahan sawah (13.960 Ha) dan lahan bukan pertanian (21.279 Ha). Prioritas pembangunan pertanian lahan kering sangat diperlukan hingga tahap kemandirian pangan disuatu daerah. Oleh sebab itu, potensi lahan kering di Kabupaten Gorontalo dimanfaatkan untuk komoditi unggul diantaranya tanaman jagung (52,276 Ha), kacang hijau (46 Ha), kacang tanah (1.434 Ha), kedelai (1.626 Ha), padi ladang (4,156 Ha), ubi jalar (476 Ha), ubi kayu 1.035 Ha). 
Jika dibandingkan dengan luas lahan basar, lahan kering di Kabupaten Gorontalo sangat berpotensi dalam upaya pembagunan sektor pertanian menuju kemandirian pangan. Pemanfaatan lahan kering diharapkan akan terus dikembangkan dengan komoditi-komoditi unggul dengan sistem pertanian berkelanjutan, sehingga menolong perekonomian petani serta kelestarian lingkungan jangka panjang.
Faktor Pembatas Lahan Kering (Permasalahan) dan Optimalisasinya di Kabupaten Gorontalo.
Data Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo (2014) mengatakan sebanyak 7.442 Ha lahan kering di Kabupaten Gorontalo tidak diolah atau dimanfaatkan. Ditemukan beberapa faktor pembatas yang mengakibatkan lahan kering tidak diolah :
a) Topografi Tidak Mendukung
Ditemukan bahwa rata-rata kemiringan topografi rata-rata 30%-35% (sangat curam), sehingga tidak ada upaya pengolahan tanah lebih lanjut untuk dimanfaatkan.
b) Jarak Lahan dengan Sarana Transportasi Jauh
Sarana yang perlu dalam mendukung pasca panen yang sangat penting adalah transportasi (jasa angkut hasil) dan sarana produksi lain. Jarak lahan dengan sarana transportasi yang sangat jauh (pedalaman) menjadi faktor pembatas lain, sehingga kondisi tersebut sangat diperhitungkan oleh petani karena dapat merugikan. Lokasi lahan yang sangat jauh dengan sarana transportasi sangat kecil kemungkinan untuk para petani melakukan aktifitas budidaya.
c) Sumber Air
Sumber air yang sangat jauh dan sulit ditemukam menjadi faktor pembatas petani dalam budidaya tanaman di daerah tersebut, sehingga lahan tidak dimanfaatkan dengan baik.
d) Unsur Hara Tanah
     Menurut keterangan pihak Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo menyatakan bahwa sebagian dari daerah tersebut mengalami degaradasi tanah parah (lahan kritis), sehingga petani cenderung kesulitan melakukan budidaya tanaman. Faktor pembatas tersebut dapat diakibatkan oleh pemakaian bahan sintetik yang berlebihan tanpa memperhatikan produktifitas tanah, sehingga unsur hara tanah menjadi tidak tersedia dan aktifitas mikroorganisme menjadi tidak aktif.
Beberapa faktor  pembatas  yang telah ditemukan menjadi penyebab petani tidak melakukan budidaya tanaman dilahan tersebut, karena selain berdampak merugikan perekonomian petani (modal), dapat merusak produktifitas tanaman (tanaman tidak tumbuh dengan baik). Solusi yang dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki tekstur dan struktur tanah tersebut, namun prosesnya cukup lama dan membutuhkan kerjasama semua petani dan pemerintah.
Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Kering
Setelah ditemukan faktor-faktor pembatas mengapa lahan kering di Kabupaten Gorontalo tidak dimanfaatkan untuk sektor pertanian, maka harus dilakukan tindakan sebagai upaya optimalisasi lahan diantaranya:
1. Pembuatan Hutan Rakyat
Kemiringan lahan rata-rata 30%-35% dapat dimanfaatkan untuk tanaman hutan (Agroforestri). Manfaat yang diperoleh dari penanaman pohon hutan yaitu strukur dan tekstur tanah akan dipulihkan. Perbaikan tanah dapat melalui penanaman pohon hutan agar tidak terjadi longsor dan menjadi daerah resapan air hujan.
2. Pembuatan Jalan Setapak
Pembuatan jalan setapak dapat mempermudah aktifitas petani dengan mempertimbangkan jarak yang jauh dari lahan dengan jalan (sarana transportasi), hal ini dapat dilakukan dengan merangkul seluruh kelompok tani dan pihak Penyuluh Pertanian Lapangan dalam upaya pembuatan jalan setapak.
3. Pembuatan Sumur Bor/Sumur Suntik serta perbaikan Saluran Irigasi
Pembuatan sumur bor dilakukan untuk mengatasi ketersediaan air untuk pertanian. Pembuatan irigasi juga merupakan salah satu upaya untuk mempermudah petani memperoleh air dari sungai induk, sehingga manfaat yang dirasakan langsung oleh petani dalam jangka waktu yang panjang.
4. Pemberikan Bahan Organik dan Pengolahan Tanah Maksimum
Petani dapat menggunakan bahan organik untuk memperbaiki tekstur tanah. Bahan organik dapat berupa kompos, tidak membakar seresah, membiarkan sisa-sisa tanaman dibiarkan mengalami dekomposer secara alami. Selain itu dapat melakukan pengolahan tanah maksimum melalui pembajakan, penggaruan dan perataan tanah secara lengkap, diharapkan akan memperbaiki tekstur tanah yang keras dan pemberian CaMg(CO3)2 atau kapur dolomit.
5. Penanaman Tanaman Kacang-kacangan (Leguminosae)
Tanaman kacang-kacangan merupakan tanaman yang dapat mengfiksasi unsur Nitrogen (N) dalam jumlah yanng cukup banyak dengan adanya bakteri Rhizobium. Bintil akar pada tanaman kacang-kacangan mengfiksasi dan mengikat N dari udara, sehingga tanaman ini sangat baik untuk lahan kering yang miskin unsur hara khusunya unsur N.
6. Penggunaan Sistem Sela dan Tumpangsari
Sistem penanaman Sela dan Tumpangsari memberikan keuntungan lebih bagi tanah karena tanah tidak mengalami kejenuhan. Tanaman-tanaman yang sangat direkomendasikan sebagai tanaman sela dan tumpang sari disesuaikan dengan umur tanaman. Sistem tanam seperti ini juga dapat memutus siklus hama juga memberikan keuntungan panen yang variatif. Kedua sistem ini dapat digunakan agar mengurangi intensitas berkurangnya potensi tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman.



Referensi:
Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo.2014. Data Potensi  Lahan Pertanian. [diperoleh pada Jum’at  03 Oktober 2014. Pukul 09.00 Wita]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vektor DNA Rekombinan

Ekspresi Gen Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan

Teknologi Editing Genom “CRISPR Cas9” Pada Tanaman